Gelar festival merupakan suatu tradisi yang berkembang ditengah masyarakat secara turun-temurun yang telah diakui. Salah satu contoh dilestarikannya keberadaan batipuah menjadi suatu kebangaan bagi kita sebagai salah satu upaya melestarikan adat Minangkabau di kalangan generasi milenial.
Hal ini diungkapkan Wakil Gubernur sumatera barat Drs.H. nasrul abit Datuak Malintang Panai saat membuka secara resmi event festival Budaya Batipuh dengan tema “Baradaik Ka Batipuh Barajo Ka Pagaruyuang Adaik Salingka Nagari” di Jorong Batang Gadih, Nagari Batipuh Baruah, Kecamatan Batipuh, Kabupaten tanah datar, Sabtu, (15/8/2020).
Para Ninik Mamak Batipuh Baruah menyambut gembira kedatangan Wakil Gubernur Nasrul Abit dengan memperlihatkan tari pasambahan dan tari gelombang terdiri dari “Silek, tari piriang, dan siriah carano”.
Lihatlah setiap gerak dan makna tari pasambahan merupakan budaya tradisional Minangkabau sebagai bentuk ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu yang baru saja sampai serta diiringi oleh musik tradisional Minangkabau seperti gendang tambua dan talempong.
Masyarakat Minangkabau yang memiliki filosofi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Dimana sesungguhnya Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan proses pergulatan antara Adat, Islam.
Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Bahwa sesungguhnya Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah merupakan proses pergulatan antara Adat, Islam.
“ABS SBK bagaikan filosofi Ilmu Pengetahuan dimana dalam kerangka filosofis dalam memaknai ekstensi manusia sebagai Khalifatullah di dunia. Dimana manusia memainkan peran menjaga lingkungan alam, menjaga hubungan sesama dan taat sebagai ibadah kepada Allah SWT,” ujarnya.
Lebih jauh Wagub Sumbar menyebutkan, sebagian masyarakat mengkhawatirkan budaya ini akan hilang akibat perkembangan zaman, tetapi daerah Batipuh ini tidak, disini tempat orang beradat yaitu di kabupaten tanah datar. Karena tanah datar ini kental dengan adat dan budaya minangkabau yang temurun dari orang terdahulu.
Adanya festival budaya di Batipuh ini tentunya diharapkan dapat menjadi contoh bagi generasi kedepan.
“Indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh”, artinya kehidupan kekerabatan di Minangkabau, walau pun pengaruh dari luar datang begitu besar, namun karena ikatan adat yang kuat maka sistem kekerabatan tersebut tidak akan goyah, inilah yang harus dipertahankan”, kata Nasrul.
Kemudian, Nasrul Abit mengajak generasi muda untuk mempelajari tata cara bagaimana melestarikan adat ini, agar potensi lokal dapat dipertahanjan terus menerus supaya tidak hilang terhadap perkembangan teknologi.
“Teknologi juga harus dikuasai yaitu mempunyai akar budaya sebagai cerminan orang Minang yang mempunyai budi pekerti, punya basa-basi, punya sopan santun juga karakter yang baik dibentuk oleh bidang keagamaan yang berpedoman dengan filsafat “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,” harap Nasrul Abit.(*)