Duduk di tepi pantai memandangi laut. Angin sepoi-sepoi seakan menginabobokan kita saat berada di tepi pantai Pasie Jambak. Namun demikian, kehadiran hidangan kelapa muda di atas meja membuat keinginan untuk tertidur dapat ditahankan. Minuman itu memberikan kesegaran tersendiri bagi orang yang baru saja merasakan letih di perjalan menuju Pantai Pasie Jambak.
Ketika penulis berada di ujung sebelah utara kawasan Pantai Pasie Jambak, duduk di salah satu kedai. Di tempat itu pandangan dapat dilayangkan dengan lepas. Kegiatan yang terdapat dari ujung pantai arah selatan hingga ke utara dapat dilihat secara jelas.
Pantai Pasie Jambak di Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Kototangah. Tepatnya di RT 03/ RWE VII. Jaraknya dari Jalan Adinegoro sekitar 5 Km. Kalau ditempuh dari pusat Kota Padang, memakan waktu sekitar 30 menit perjalan dengan sepeda motor. Dengan mobil kemungkinan melebihi waktu itu beberapa menit, karena mobil tidak bisa menghindari macet. Dari simpang Pasie Jambak, menuju gerbang masuk kawasan wisata di Pasie Jambak, para pelancong mesti melewati pemukiman warga. Di kawasan itu juga terdapat salah satu kampus perguruan tinggi swasta dan beberapa sekolah dasar (SD).
Ketika sampai di gerbang, petugas pariwisata yang terdiri dari pemuda setempat berdiri dengan ramah dan mereka siap memberikan penjelasan tentang keanggunan wisata di Pasie Jambak. Segala informasi tentang pantai itu, akan diberitahukannya secara detail. Tentunya sebelum melewati pintu gerbang tersebut, pengunjung harus merogoh kocek, sebagai biaya retribusi sebanyak Rp2 ribu per orang. Dengan uang tersebut seorang pengunjung dapat menikmati keindahan alam Pantai Pasie Jambak selama satu hari penuh, atau dari pagi hingga sore, sekitar pukul 18.00 WIB.
Lepas dari waktu itu, tidak dibenarkan berada di sekitar kawasan wisata. Sebab, pada jam tersebut tidak ada petugas wisata yang mengawasi para pengunjung. Jika terjadi sesuatu hal, maka tidak ada orang yang tahu. Jika pengunjung datang secara berombongan dan ingin menikmati kawasan Pasie Jambak selama beberapa hari, maka pengunjung harus memberitahukan kepada pemuka masyarakat setempat. Sebab, lahan wisata tersebut masih dikelola masyarakat. Pantai Pasie Jambak selain dimanfaatkan sebagai wisata keluarga, juga digunakan sebagai wisata alam bagi mahasiswa ada pengunjung yang datang secara berkelompok. Biasanya digunakan untuk kegiatan kemahasiswaan dan out bond.
Sementara itu, bagi pengunjung yang merasa kemalaman, maka tidak perlu cemas terlantar. Di sekitar Pantai Pasie Jambak terdapat tiga buah Home Stay atau penginapan dengan harga terjangkau. Ketiga penginapan tersebut bermerek, Uncle Jack, Dinasty, dan Dangau Mande. Tapi ingat, menginap di sana tidak dibenarkan sekamar kalau tidak bersama muhrimnya. Sebab, setiap malamnya Satpol PP selalu memeriksa kamar tersebut, supaya tidak ada terjadinya pebuatan maksiat. Maklumlah, Kota Padang dikenal dengan kota yang menganut falsafah Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK). Jadi, jangan sampai salah paham, di penginapan dengan harga terjangkau itu bisa, pengunjung dapat melakukan apa saja. Apalagi yang beniat buruk, seperti berselingkuh.
Di kala siang hari, pengunjung dapat menikmati beberapa keindahan di sana. Pantai ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, seperti mushalla, toliet, panggung hiburan, pondok mungil untuk berteduh dan banyak fasilitas lainnya. Pasir pantai itu putih, biasanya sore hari pemuda setempat menggunakan lahan yang cukup luas itu untuk bermain bola pantai. Permainan itu tidak hanya orang yang tinggal di kawasan sekitar pantai saja. Bagi pengunjung pun dapat bergabung atau bermain di tempat lainnya.
Sayangnya, permainan tersebut tidak ditata secara teroganisir. Bila permainan seperti demikian dikemas dengan sebuah iven kecil, maka cukup mendatangkan para pelancong dari luar. Sebab, tempat pariwisata tidak akan ramai, bila tidak iven.
Di sekitar pantai pasie jambak jarang sekali ditemukan adannya kegiatan iven-iven yang mendatang pelancong dengan jumlah besar. Biasanya kegiatan yang mengundang orang banyak hanya dilakukan para pelancong itu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Ketua RT 03/RW VII Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Kototangah Darmansyah masyarakat di sekitar Pantai Pasie Jambak belum mampu memikirkan membuat sebuah iven atau kegiatan di tempat wisata. Warga masih berkutat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bagi pengunjung yang hanya sekadar untuk menikmati indahnya alam pantai pesisir, mendengarkan deburan ombak yang menghempas pantai, dan melepaskan pandangan ke laut yang dihiasi para nelayan yang asik mencari ikan, maka dapat bersantai di pondok mungil. Pondok tersebut ada yang lesehan dan ada yang tidak. Memakai tempat tersebut, pengunung tidak dikenakan biaya. Hanya membayar makanan atau minuman yang dipesan saja. Menu yang ditawarkan di kafe-kafe kecil itu cukup sederhana. Mulai dari minuman botol, kelapa muda dan minuman instan lainnya. Begitu juga halnya makanan. Di sini sayangnya tidak ada ciri khas makanan yang bisa dijadikan ikon khas pasie jambak. Beda halnya dengan pantai di Pariaman. Di tempat itu pengunjung dapat mencicipi makanan khas sala lauak.
Dari penuturan Darmansyah, Pantai Pasie Jambak masih belum dilengkapi dengan infrastruktur lainnya. Seperti petugas penyelamat atau baywatch. Petugas itu hanya berasal dari masyarakat setempat yang sehari-harinya berprofesi sebagai nelayan.(*)