PADANG – Praktisi Komunikasi Publik Aulira M. Tan menilai, dari sisi kacamata komunikasi, Nasrul Abit memiliki inisiatif dan spontanitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan tiga paslon lainnya yang sama ikut bertarung pada konsestasi Pilkada untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Barat periode 2021-2026 mendatang. Banyak pihak yang meyakini kalau Nasrul Abit akan melengang mulus menuju kursi Sumbar satu pada pilkada serentak 2020.
Menurut Magister Ilmu Komunikasi jebolan Fakultas FISIP Universitas Andalas Padang, Nasrul Abit terlihat lebih gencar mencuri dan mengambil hati masyarakat. Dan itu, bukan terjadi secara tiba-tiba atau ketika genderang perang Pilkada ditabuh saja. Namun, sudah nampak sejak 20 tahun yang lalu. Selama 15 tahun menjadi Kepala Daerah Paessel ditambah satu periode manjadi Wagubr Sumatera Barat, Nasrul Abit kerap mengunjungi dan berinteraksi dengan masyarakat.
Bagi Aulira, adanya suatu interaksi secara tatap muka langsung dengan masyarakat, adalah bisa dijadikan suatu nilai plus bagi seorang pemimpin atau calon pemimpin. Komunikasi verbal dan non verbalnya, akan bisa dilihat langsung oleh masyarakat dari seluruh kalangan. Masyarakat, bisa menilai seperti apa sosok pemimpin yang sedang berhadapan dengan mereka untuk memimpin Sumbar kedepan.
“Inisiatif dan spontanitas Nasrul Abit menurut saya ya, lebih tinggi jika dibandingkan dengan paslon lain. Selama ini, Nasrul Abit tampak gencar mencuri dan mengambil hati masyarakat. Itu, juga dibuktikan dengan kerja dan aksi nyata. Jadi, tidak hanya sekedar datang begitu saja ya. Saya rasa, masyarakat bisa menilai sendiri secara gamblang bahwa beliau adalah sosok yang sangat tenang, peduli, memiliki sisi empati yang tinggi dan senang berdiskusi,”kata Aulira M. Tan, Selasa (29/09/2020.
Aulira menambahkan, NAt juga menjadi contoh pemimpin yang tidak menggunakan politik uang. Dia, memaksimalkan kinerja sesuai dengan jabatan yang ia emban. Nasrul Abit, adalah birokrat sejati yang benar-benar mengerti medan, hal itu dibuktikan dari awal kiprahnya sebagai pemimpin daerah, mulai dari di Kabupaten Pesisir Selatan sebagai Wakil bupati lima tahun, menjadi Bupati Pesisir Selatan 10 tahun, dan kini sebagai Wakil Gubernur Sumbar. Nasrul Abit, terbukti tidak pernah sekalipun tersandung dengan persoalan korupsi selama masa Ia menjabat.
“Nasrul Abit tidak pernah tersandung perkara korupsi. Ini, membuktikan kalau Nasrul Abit tak tergiur dengan iming-iming politik uang. Nasrul Abit juga selalu mampu menjaga keharmonisan dengan pasangannya,”ucap Aulira.
Jika dilihat dari rekam jejak yang baik kata Aulira, sangat banyak. Nasrul Abit juga pemimpin yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakatnya, saat terjadi berbagai bencana dia selalu menyempatkan diri untuk hadir ditengah masyarakat.Tetapi setiap pergerakannya, tidak terlepas dari restu Gubernur sumatera Barat Irwan Prayitno. Nasrul Abit tak mau gegabah dan bertindak sendiri. Karena, ia tahu benar posisi Wakil Gubernur adalah hanya perpanjangan tangan dari atasannya.
Disini kata Aulira, jelas terlihat bahwa beliau sangat menerapkan jalur “upward communication” yaitu komunikasi keatas atau komunikasi pada atasannya. Dilihat dari cara interaksinya dengan masyarakat, sangat tampak bahwa beliau adalah bagian dari masyarakat itu sendiri, bukan orang lain, bukan seorang pejabat yang sedang berkunjung. Pemimpin yang mendengarkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Serta, benar-benar bertindak cepat dan sigap dalam membantu masyarakat Sumatera Barat.
“Jika saat ini dia juluki “ayah awak”, sepertinya julukan ini benar-benar bukan hanya sekedar julukan saja, beliau memang seorang ayah yang sangat mengayomi dan mengerti dengan apa yang dilakukannya. Tragedi kemanusiaan Wamena salah satu dari sekian banyak contoh nyata. Survey yang dilakukan liberte institute, sebuah lembaga yang memiliki sertifikat dari KPU Sumbar sebagai lembaga yang terdaftar melakukan survei Pemilihan Gubernur Sumbar 2020, menunjukkan fakta bahwa paslon NA-IC memiliki angka tertinggi dan berpotensi menang. Karena mengantongi angka tertinggi untuk Partai Gerindra yang mengusung NA-IC. Namun, soal pilihan kembali ke masyarakat. Karena, politik itu sifatnya dinamis dan susah untuk ditebak,” jelas Aulira M. Tan.
Selain itu, menurut Aulira dari segi pengiklanan melalui poster atau baliho dan spanduk, khusus untuk NA – IC, sepertinya juga tidak perlu banyak-banyak. Karena, Nasrul Abit sadar bagaimana masyarakat mengenalnya langsung bukan dari poster. Terjun ke daerah-daerah, langsung bercengkrama dengan masyarakat merupakan cara komunikasi yang sangat baik dari pada memlaui poster. Dari posisi sekarang, Nasrul Abit tidak lagi berada pada posisi mencari perhatian masyarakat. Dari brand awareness nya nama NA, sudah berada pada tahap brand recall atau pengingatan kembali dan hampir sampai pada top of mind atau puncak pikiran masyarakat. (*)