Nasrul Abit Mengenang Satu Tahun Tragedi Wamena

0
107

SETERAH, Padang – Satu tahun setelah kejadian tragedi kemanusiaan di Wamena, Papua, tepat dihari ini, 23 September 2020. Peristiwa kelam tersebut juga menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Sumatera Barat yang merantau ke daerah itu.

Para korban berjatuhan, terdapat 9 masyarakat Sumbar yang merantau ke Wamena meninggal akibat kejadian itu. Juga ada yang terluka, dan ratusan perantau meminta pulang kampung karena ketakutan.

Nasrul Abit selaku Wakil Gubernur Sumbar, tidak lama setelah hari kejadian, bersama tim ditugaskan Gubernur Sumbar untuk terjun langsung ke Papua melihat kondisi perantau yang terjebak tragedi.

Sesampainya di Kota Jayapura, Nasrul Abit dan rombongan bertemu dengan 172 orang masyarakat, mereka meminta tolong kepada orang nomor dua di Sumbar itu agar mereka bisa pulang kampung.

Nasrul Abit mengatakan, “Masih jelas dalam ingatan saya, mereka minta tolong, minta dipulangkan dengan rasa takut yang luar biasa,” dengan mata berlinang, Rabu (23/9/2020).

Nasrul Abit mengatakan kepada perantau, bahwa Pemerintah Provinsi siap memulangkan mereka namun harus didata terlebih dahulu, agar keperluan kembali ke Ranah Minang bisa dipersiapkan.

Setelah Nasrul Abit berbincang dengan masyarakat di Kota Jayapura dan menenangkan mereka, Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Wamena, dimana peristiwa berdarah itu terjadi.

Tangis masyarakat yang berlindung di Markas Kodim Wamena pecah ketika bertemu dengan Nasrul Abit. Begitu pula dengan wakil gubernur, hatinya pilu melihat masyarakatnya sangat sedih dan ketakutan.

‘Tolong kami pak, kami mau pulang, kami takut di sini’. “Begitu kata mereka kepada saya,” ujarnya.

Wakil Gubernur meyakinkan masyarakat, bahwa mereka akan difasilitasi untuk pulang. Nasrul Abit meminta agar masyarakat yang ingin pulang didata, dan yang memilih bertahan di sana juga didata.

Pulang ke Tanah Minang

Nasrul Abit dan rombongan bertemu dengan Gubernur Papua, Lukas Enembe untuk meminta izin membawa perantau pulang ke kampung halaman untuk sementara.

“Gubernur Papua sebetulnya keberatan melepas masyarakat untuk pulang karena mereka dibutuhkan di sana,” jelas wakil gubernur.

Hanya saja, karena melihat ketakutan masyarakat dan mungkin trauma yang dialami, akhirnya Lukas mengizinkan masyarakat Sumbar pulang terlebih dahulu.

“Akhirnya, 864 masyarakat yang ada di Wamena akhirnya pulang ke Sumbar secara bertahap dalam waktu singkat,” kata mantan Bupati Pesisir Selatan dua periode ini.

Wakil gubernur berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dan membantu Pemerintah Sumbar dalam mulai dari awal keberangkatannya ke Papua hingga bisa memulangkan masyarakat.

Korban tragedi Wamena, Putri (30), yang terluka cukup parah juga kemudian dipulangkan pada 10 Oktober 2019 setelah mendapat perawatan di Papua. Ia juga dijenguk oleh Nasrul Abit ketika itu di Papua dan memastikan Putri mendapatkan perawatan yang baik.

“Akhirnya saya sampai di kampung halaman,” katanya kala itu di pintu kedatangan domestik BIM.

Mendaratnya Putri di BIM, didampingi dua orang dari Ikatan Keluarga Minang Papua. Kedatangannya juga disambut Nasrul Abit dan juga oleh sanak keluarga Putri dari Kabupaten Pesisir Selatan.

Isak tangis keluarga besarnya Putri pecah saat bertemu dengannya, mereka satu per satu memeluk ibu dari satu anak tersebut. Putri diketahui mengalami luka di bagian lengan, dada kiri, bahu kanan dan kiri, kaki kanan dan kiri.

Tancapan anak panah juga mengenai Putri, yang ditembakkan oknum perusuh di Wamena. Sebagian wajah putri juga mengalami luka bakar yang terlihat mulai mengering.

Dikatakan Putri, bahwa bisa sampai dan kembali menghirup udara Ranah Minang membuat dirinya merasa sudah sembuh. Karena ia kini sudah berkumpul bersama keluarga besar yang akan menjaganya.

Seperti yang disampaikannya, Putri bertekad akan melanjutkan sisa hidupnya di Pesisir Selatan. Ia kini menghadapi sisa hidup tanpa suaminya Syafriyanto (36) dan anaknya Rizki (4) yang harus meregang nyawa akibat tragedi Wamena.(*)