Terletak di muara Batang Arau yang membelah Kota Padang. Gunung Padang seolah menjadi gapura memasuki Kota Padang melalui jalur perairannya. Untuk menuju ke lokasi tersebut bisa melewati Jembatan Siti Nurbaya atau dengan menaiki perahu menyeberangi Batang Arau. Gunung Padang ini berdiri dengan tegar menghadap ke lautan Hindia.
Memasuki kawasan tersebut, kita harus melalui pemukiman masyarakat terlebih dulu. Kira-kira lima menit perjalanan kita akan sampai di kaki Gunung Padang. Di situ kita akan disuguhi peninggalan meriam Perang Dunia II yang diarahkan ke muara sungai. Untuk menuju puncak kita harus melewati melewati jalan setapak bertangga-tangga yang terbuat dari semen hingga sampai di lokasi Taman Makam Siti Nurbaya.
Namun hati-hati melangkah, walaupun tangganya tidak licin, tapi cukup terjal dan sempit. Jalur yang berliku membutuhkan tenaga ekstra. Jika mendaki pada hari biasa, suasana sunyi akan menyergap kita. Pada hari-hari tersebut jarang orang yang mau mendaki ke sana, kecuali bagi mereka yang benar-benar membutuhkan suasana tenang. Namun, pada hari Minggu atau libur lainnya, lokasi ini ramai dikunjungi.
Di sekitar gunung ini masih ditumbuhi oleh pepohonan sehingga suasananya terasa sangat nyaman. Namun demikian, kondisi jalan atau tangga tersebut konon tidak sebaik lima belas tahun silam. Mencapai puncak terdapat beberapa lubang bekas tempat persembunyian dan pengintaian (bunker) peninggalan tentara Jepang.
Dari puncak Gunung Padang, pengunjung dapat menikmati keindahan panorama Samudera Hindia, Batang Arau, dan Kota Padang dengan segala aktivitasnya. Dari sini disajikan pemandangan Pantai Air Manis dan dari kejauhan tampak beberapa pulau yang menghijau di tengah birunya samudera.
Berada di ketinggian sekitar 400 meter dan perjalanan yang lumayan menguras tenaga seakan lenyap dengan rehat sejenak puncak Gunung Padang. Asyik, sambil tiduran atau berselonjor di atas bebatuan berukuran besar atau hamparan rumput hijau pengunjung bisa menikmati keindahan pemandangan ditemani minuman ringan atau sebungkus nasi bungkus hangat.
Segala penat yang meliputi ketika melakukan pendakian seakan terbayar lunas saat berbaring menatap hamparan langit, atau menyaksikan birunya laut pada pesisir pantai Sumbar itu. Di sini kita juga akan ditemani dengan kera-kera, penghuni asli lokasi tersebut. Mereka cukup jinak. Menurut warga yang menemani, Slamet (38), dulu populasi kera ini lebih banyak dari sekarang. “Tapi sekarang banyak yang pindah ke bukit sebelah,” jelasnya.
Bagi pengunjung disarankan untuk membawa perbekalan makanan dan minuman. Sebab di lokasi ini sulit untuk menemukan warung atau kedai kopi. Ada juga satu dua warung, tapi hanya buka pada hari libur saja. Gunung Padang yang berada dalam Kelurahan Pabayan, Kecamatan Padang Barat. Lokasi wilayah ini dekat dengan pusat kota Padang. Ke depan, daerah ini rencananya akan dikembangkan. Desain dan studi kelayakannya pun telah telah disiapkan. Dalam rencana tersebut akan menggabungkan objek utama yaitu pantai Air Manis, Gunung Padang.
Untuk mencapai lokasi start awal pendakian ke Gunung Padang tidak terlalu sulit. Lokasi tersebut mudah diakses alat transportasi yang tersedia cukup memadai. Jika anda mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Sumbar, pengunjung bisa menyewa taksi menuju lokasi start awal pendakian ke puncak Gunung Padang di Kelurahan Pabayan. Untuk ongkos dari BIM menuju ke lokasi menghabiskan ongkos Rp70 ribu hingga Rp100 ribu.
Alternatif lain lokasi itu bisa dijangkau dengan menaiki angkutan umum dari Pasarraya Padang. Jika dari bisa naik bus khusus penumpang dari bandara menuju Pasarraya dengan tarif Rp15 ribu per orang. Sementara dari Pasarraya dilanjutkan dengan angkutan umum menuju Muaro dengan membayar Rp2 ribu per orang. Bagi anda yang menggunakan sepeda motor, cukup dengan mudah.
Legenda
Objek Wisata Gunung Padang tidak lepas dari legenda Siti Nurbaya, roman kawin paksa karangan Marah Rusli. Di lokasi ini masih terdapat taman dan konon “makam” tokoh roman Siti Nurbaya dalam celah sebuah batu besar. Sebagaimana pengakuan warga sekitar, tempat ini sering dikunjungi pasangan muda-mudi yang sedang dimabuk asmara.
Slamet (38) pemuda setempat mengingatkan, jangan memanfaatkan situasi dan mitos itu sebagai kesempatan untuk melakukan perbuatan maksiat, selain akan ditindak tegas warga, sering pula terjadi teguran gaib yang menyebabkan mereka yang melanggar sakit atau mendapat musibah.
Memang, jika kita menelusuri Gunung Padang berarti telah kita menelusuri bagian dari jejak-jejak Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri. Dalam ceritanya pun, Siti Nurbaya ditulis bunuh diri dengan terjun dari Gunung Padang yang tingginya kira-kira 322 meter dari permukaan laut.
Selain Gunung Padang, Rusli (47) tokoh masyarakat, bukit ini sering juga disebut Gunung Kera. Nama tersebut tak terlepas dari banyaknya kera jinak-jinak, yang menambah nilai lebih mereka yang mendaki gunung itu. Konon kera-kera ini adalah jelmaan dari orang mati, yang dimakamkan di Gunung Padang. Mereka hidup kembali sebagai kera jadi-jadian. Memang, di Gunung Padang itu banyak makam.
Selain ”makam” Siti Nurbaya dan Syamsul Bahri yang ditutupi kelambu, dipuncaknya adalah sebuah makam dalam sebuah gua batu. Disini sering ditemui orang berhaul dan bernazar sekali setahun. Waktunya tak tentu. Namun lebih ramai menjelang masuk bulan Ramadhan atau hari raya. Bagi sebagian kepercayaan pengunjung yang berziarah ke tempat tersebut, bagi mereka yang telah berziarah, akan mendapatkan cinta sejati atau pengasihan. Entahlah, namanya juga legenda. Pemiliki legendanya saja mati bunuh diri.(*)