SETERAH, Padang – Pertama kali Corona Virus terkonfirmasi mewabah di Sumatera Barat pada tanggal 26 Maret 2020. Pandemi Corona virus Disease 2019 atau lebih dikenal dengan istilah COVID-19. Warga kota Bukittinggi yang menjadi pasien 01 waktu itu. Sejak itu, angka kasus terkonfirmasi positif di Sumatra Barat kian bertambah. Bahkan, sejak beberapa pekan terakhir, angka temuan harian sudah mencapai ratusan kasus. Berbagai kebijakan diambil Pemerintah Provinsi Sumatra Barat untuk segera memutus mata rantai penyebaran pandemi mematikan itu.
Semua komponen dan otoritas terkait pun dilibatkan. Tracing, tracking dan testing secara masif dilakukan hingga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilakukan. Bukan hanya itu saja, fasilitas penunjang aktifitas tenaga kesehatan untuk berjibaku melawan dan menghadapi serangan pandemi mematikan itu, juga disiapkan dan dipenuhi. Sumatera Barat tidak ingin keteteran seperti beberapa Negara atau Provinsi di Indonesia yang mengalami situasi dengan positive rate tinggi bahkan berujung kepada angka kematian yang juga tinggi. DKI Jakarta salah satunya.
Sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat, Nasrul Abit, meskipun bukanlah pengambil kebijakan yang utama lantaran masih ada pucuk pimpinan tertinggi yakni Gubernur, akan tetapi peran aktif beliau patut diapresiasi. Nasrul Abit, punya cara sendiri untuk mengatasi wabah yang kian hari kian mengganas itu. Tepat, dipekan pertama bulan April sebelum kasus pertama COVID-19 terkonfirmasi di Bukittinggi, Nasrul Abit sudah menyiapkan segala sesuatu sebagai bentuk antisipasi dini.
Pastinya, setiap langkah dan kebijakan yang ia jalani sudah mendapat restu dari Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno. Semenjak mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Sumatera Barat pada PIlkada lalu hingga dilantik, Nasrul Abit tetap berusaha menjaga ritme komunikasi politik dan keharmonisan dengan Irwan Prayitno. Semua kebijakan yang ia ambil, selalu dikomunikasikan dengan pucuk pimpinan. Meski juga punya “power”, namun Nasrul Abit tak ingin gegabah. Ia memberikan contoh dan pelajaran tentang komunikasi politik yang baik. Tak ada miss komunikasi diantara keduanya selama ini.
Nasrul Abit juga menyiapkan berbagai catatan tentang langkah strategis untuk mengatasi penyebaran atau penularan pandemi COVID-19. Salah satunya, menyiapkan Rumah Sakit Universitas Andalas (UNAND) Padang sebagai salah satu rumah sakit rujukan COVID-19. Rumah Sakit UNAND itu, disiapkan Nasrul Abit untuk mengurangi beban dua rumah sakit rujukan COVID-19 yakni RSUP M Djamil Padang dan Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi serta antisipasi kemungkinan lonjakan pasien terkonfirmasi.
Bukan hanya itu, Nasrul Abut juga mengunjungi RSAM di Kota yang disebut dengan julukan Fort de Kock, pada masa kolonial Belanda untuk memastikan fasilitas dan layanan medis disana siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat COVID-19. Ia juga memastikan kesiapan Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dalam melakukan uji sample spesimen. Melalui penanggung jawab laboratorium Dr. dr Andani Eka Putra, Nasrul Abit meminta kesediaan dan kesiapan Andani Eka Putra dan tim dalam melakukan testing secara masif. Tujuannya, tak lain mengetahui lebih cepat siapa saja warga Sumbar yang terinfeksi. Sehingga demikian, upaya untuk tracing dan tracking juga akan lebih cepat dilakukan guna memutus mata rantai penularan.
Pada kesempatan yang berbeda, Nasrul Abit itu juga melakukan sidak dibeberapa pos pengamanan dan pemantauan PSBB. Bahkan, pada Rabu 29 April 2020, Nasrul Abit sempat mencegat dan memerintahkan supir sebuah bus antar Kota dan Provinsi yang berisi puluhan penumpang dari luar Provinsi Sumatra Barat di Kabupaten Dharmasraya. Bus tersebut dipaksa Nasrul Abit putar. Bisa saja berpotensi sebagai carier COVID-19, membuat alasan kenapa puluhan penumpang bus itu kemudian tidak diizinkan Nasrul Abit untuk memasuki wilayah Sumatra Barat dari pintu gerbang masuk Dharmasraya.
Tidak hanya sampai disana, Nasrul Abit juga gencar mensosialisasikan bahaya dampak pandemi ini. Budaya hidup disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak, pakai masker dan cuci tangan juga disampaikan Nasrul. Ia, mengimbau seluruh komponen masyarakat dan unsur pemerintah untuk meningkatkan protokol kesehatan. Tak mudah memang, namun protokol kesehatan menjadi kunci utama menurut Nasrul Abit untuk memutuskan mata rantai penularan COVID-19.
Nasrul Abit tak terhitung berapa kali harus menjalani tahapan swab tes dan rapid tes, lantaran harus berkunjung ke zona bahaya COVID-19. Akan tetapi, sampai saat ini kondisi kesehatan beliau tetap baik. Setiap menjalani swab tes dan rapis tes, ia selalu terkonfirmasi negatif COVID-19. Kuncinya kata Nasrul Abit, selain meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan di dukung dengan multivitamin yang cukup, disiplin menjalani protokol kesehatan menjadi faktor utama mencegah diri terinfeksi pandemi itu.
Semakin Berat Perjuangan
Saat ini, Sumatera Barat sudah menerapkan kebijakan baru yakni tatanan kehidupan baru atau yang lebih dikenal dengan istilah New Normal. Seluruh masyarakat sudah bisa beraktifitas kembali, ekonomi harus merangkak lagi, masyarakat diajak kembali bangkit dari keterpurukan. Akan tetapi, Nasrul Abit menganggap itu semua merupakan tantangan saat ini yang harus dihadapi.
Walaupun sudah berada di zona tatanan hidup baru dengan pemberlakuan disiplin protokol kesehatan yang ketat, perjuangan untuk melawan pandemi ini bagi Nasrul Abit, semakin hari semakin berat. Masih banyak masyarakat yang abai terhadap itu. Alhasil, angka pergerakan kasus terkonfirmasi kian menanjak tajam. Sejak hari raya Idul Adha 1441 hijriah, lonjakan kasus positif terus terjadi. Bahkan kini, angka temuan terkonfirmasi harian tak kurang dari seratus.
Dikatakan oleh Nasrul Abit, bahwa apresiasi diberikan kepada tim di Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Baso dibawah komando Dr.dr Andani Eka Putra. Mereka, tak kenal lelah melakukan uji sampling spesimen untuk memastikan siapa saja masyarakat sumbar yang terinfeksi pandemi ini.
Pada sisi yang berbeda, Nasrul Abit memastikan beban kerja semakin banyak. Benar memang semakin kasus terkonfirmasi ditemukan menandakan seluruh komponen bekerja keras. Namun, itu juga membuktikan bahwasanya kesadaran masyarakat akan ancaman COVID-19 juga masih rendah. Masih banyak masyarakat yang abai akan protokol kesehatan, merasa jika pandemi itu tidak akan menyerang tubuhnya.
Jika bertemu dengan masyarakat, hampir disetiap saat, Nasrul Abit tak hentinya mengingatkan bahaya COVID-19. Nasrul Abit meminta betul masyarakat unttuk tidak menganggap remeh dan abai akan bahaya COVID-19. Sudah banyak jatuh korban akibat pandemi ini. Banyaknya kasus yang masuk dalam kategori Kasus Konfirmasi (bergejala dan tidak bergejala) atau yang selama ini lazim disebut dengan istilah Orang Tanpa Gejala (OTG), jika tidak diantisipasi, tidak adanya kesadaran masyarakat akan dampak bahaya, tentu saja ini akan membuat lebih kewalahan lagi.
Kata Nasrul Abit, Sumatera Barat sudah punya peraturan daerah (Perda) khusus yang mengatur tentang adaptasi kebiasaan baru dalam upaya pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease 2019. Perda itu, baru saja ditetapkan pada 11 September 2020 melalui sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatra Barat pada Jumat siang 11 September 2020.
Kembali ditegaskan oleh Nasrul Abit, agar masyarakat berdisiplin menerapkan protokol kesehatan. Pasalnya, ketika usai disosialisasikan dan perda itu diterapkan, maka tidak ada lagi toleransi bagi siapapun yang melanggar ketentuan, sanksi akan diterapkan, mulai dari peringatan, denda, bahkan kurungan akan diberlakukan. Tujuannya, tak lain untuk mencegah dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
“Perda sudah ada, sekarang lagi sosialisasi. Jangan abai dan anggap remeh COVID-19. Disiplin Protokol kesehatan. Jangan sampai nanti berhadapan dengan hukum. Ini semua untuk kesehatan dan keselamatn kita,”tutup Nasrul Abit.(*)