Gemericik suara air terjun yang jatuh meningkahi dinding-dinding batu diiringi kicauan burung dan semilir angin yang berhembus, menjadi musik alam nan syahdu di tengah hutan belantara.
Udara nan sejuk, bebas dari polusi udara serta jauh dari kebisingan, membuat suasana di Objek Wisata Air Terjun Tujuh Tingkat, terasa semakin asri.
Suasana yang sedemikian indahnya membuat pengunjung dapat melepaskan rasa lelah serta meringankan beban pikiran, setelah menggeluti berbagai aktivitas sehari-hari. Itulah sekelumit gambaran dari objek wisata yang terletak di Kenagarian Sibakur Kecamatan Tanjunggadang Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.
Meski belum begitu dikenal, objek wisata alam yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Timbulun Tujuh ternyata telah mampu memancing minat wisatawan lokal, terutama para kawula muda. Mereka sekadar bersantai ria sambil menikmati indahnya air terjun tujuh tingkat, yang bersumber dari Batang Talu.
Menurut salah seorang pengunjung Efriwan Putra, setiap hari libur objek wisata yang masih alami tersebut ramai dikunjungi, terutama pelajar dan kawula muda, yang berasal dari daerah sekitarnya. Objek wisata Timbulun Tujuh sekitar 1,5 Km dari pusat Nagari Sibakur. Untuk sampai ke lokasi, harus melewati hamparan persawahan yang membentang luas.
Kemudian diteruskan dengan menelusuri jalan setapak di sisi Batang Talu. Medan yang ditempuh tidaklah terlalu sulit, namun cukup mengasyikkan bagi para petualang. Sebab, sesekali akan dihadapkan dengan rintangan dengan menyisiri dinding batu di tepi Sungai Batang Talu. Guna mengembangkan objek wisata yang sangat potensial ini, diharapkan perhatian dari Pemkab Sawahlunto Sijunjung.
“Objek yang ada saat ini masih banyak kekurangannya. Misalnya jalan menuju ke objek tersebut perlu mendapat perbaikan, karena jalan yang ada sekarang hanya jalan setapak. Kalau objek tersebut sudah dikembangkan kita optimis akan dapat menjadi salah satu sumber pendapatan asli nagari,” tegas Efriwan Putra.
Menurut Efriwan, untuk pembangunan jalan menuju objek wisata ini tidak berat, karena pernah dibuka untuk lahan perkebunan sawit. “Sekarang kondisi jalan sangat memiriskan dan butuh dana yang besar untuk memperbaikannya. Untuk itu kita harap Pemkab mau menggarap objek wisata dan sarana prasarana penunjang lainnya,” tandas Eri.(*0